Minggu, 31 Juli 2011

Lima Faktor Penentu Ketertarikan pada Pria

PENASARAN dengan apa yang membuat Anda jatuh hati terhadap
lawan jenis? Semua itu ada
penjelasan ilmiahnya. Menurut sejumlah studi, ada alasan
menarik di balik ketertarikan
manusia. Berikut ini adalah beberapa
di antaranya: Fitur tubuh dan wajah Menurut sebuah artikel dari surat
kabar Inggris The Independent, lelaki
yang secara fisik dianggap paling
menarik oleh perempuan memiliki
tingkat penanda stres oksidatif
terendah. Sepuluh pengukuran diambil dari
laki-laki untuk menentukan
kesimetrisan mereka. Kemudian,
mereka diuji dan ditanyai untuk
indikator stres oksidatif. Akhirnya,
sekelompok perempuan diminta menilai citra tubuh dan wajah laki-
laki itu untuk menentukan daya tarik
fisik. Hasil penelitian menunjukkan, lelaki
yang dinilai menarik oleh perempuan
memiliki tingkat stres oksidatif lebih
rendah secara signifikan. Dan laki-
laki dengan tubuh lebih simetris
memiliki tingkat stres oksidatif terendah dan dinilai paling menarik. Indek massa tubuh Studi tersebut juga melaporkan
bahwa rasio 20,85 dianggap paling
menarik pada perempuan. Sebab,
menurut para peneliti, angka
tersebut dipandang lelaki sebagai
tanda kesehatan dan potensi reproduktif yang baik. Salah satu studi University of
California menunjukkan, perempuan
berpinggul lebar menunjukkan hasil
yang lebih baik dalam tes
kecerdasan, seperti halnya anak-
anak mereka. Panjang kaki Anehnya, panjang kaki dinilai
berbeda pada laki-laki dan
perempuan. Perempuan berkaki
panjang lebih disukai oleh laki-laki.
Sedangkan laki-laki yang panjang
kakinya sama dengan panjang torsonya lebih disukai perempuan. Bekas luka Bekas luka di wajah lelaki dipandang
sebagai hal yang menarik, selama
jenisnya tepat. Sebuah bekas luka di
wajah, terutama yang terlihat
seolah-olah ditimbulkan dalam
kemarahan, meningkatkan daya tarik seorang lelaki dalam hubungan
jangka pendek, menurut penelitian
Liverpool University. Perilaku altruistik Penelitian terbaru telah menemukan
bukti genetik bahwa sifat egois atau
perilaku altruistik mungkin telah
berevolusi, karena hal itu merupakan
salah satu kualitas yang dicari nenek
moyang kita dalam pasangan mereka. Hasil penelitian
menunjukkan, di masa lalu, orang-
orang dengan preferensi kuat
terhadap perilaku altruistik lebih
sering berpasangan dengan orang-
orang yang lebih altruistik. (MI/ICH)